Jarak
Kulihat satu tahun yang
lalu perjalananku menyusuri tapak kaki bumi pertiwi. Menanam asa, merajut
setiap kisah yang akan ku tuai di kemudian hari. Merangkul sayap-sayap yang tak
sekuat dulu.
Jarak antara aku dan
Ibuku yang dipisahkan dari jasadnya. Aku bertanya-tanya pada teka-teki takdir
hidupku ini. Menepi, dan bernafas untuk sejenak berpikir mengemban amanah ini.
Jarak itu ada ketika
usiaku menuju tahun ke-20. Remaja saat manisnya mengenal cinta, tapi
tidak denganku. Jarak itu terasa sangat jauh, bahkan untuk mengetahui kabarnya
melalui jejaring sosmedku tak bisa. Aku terus bertanya pada Rabbku, dan
ternyata kisah ini sungguh nyata. Tak main-main aku merasakan setiap kesedihan
itu.
Dia menyapa dari bilik
mimpi yang amat dekat. Rindu pasti!
Hidup terus berjalan,
dan waktu tak pernah bisa untuk kuputar ulang. Jarak ini sangat menyiksa. Tak
banyak yang bisa kulakukan kecuali selalu berdoa pada Rabbku agar ibu selalu
tenang di tanah surga.
Jarak memang selalu
saja membunuhku. Perlahan kumulai terbiasa, walaupun dibenakku selalu saja terpikirkan semua kisah kasihnya
yang diberikan padaku. Ibu memberikan segalanya untukku, semua perjuangan dan
pengorbanannya tak pernah kenal lelah.
Post a Comment
Post a Comment