www.dianashinta.com

Karena Rahimnya Aku Utuh

 

aku utuh

Aku tumbuh dengan sempurna, tapi tidak dengan caraku lahir.  Aku berbeda dengan saudaraku.

Inilah hidupku yang sesungguhnya. Beranjak dari kamar tempatku bersembunyi, merenung dan meratapi nasib kala itu. Aku marah pada diriku sendiri. Kacau balau seakan penyesalan itu terulang lagi dan lagi.  

Aku terlahir dari keluarga berada, serba mampu. Apapun permintaanku selalu saja ayah dan ibu memenuhi kebutuhanku secepat kilat. Rasanya baru kemarin aku meminta sepeda baru, berwarna hijau muda kesukaanku. Rasanya baru kemarin Ibu menyisiri ramput gondrongku yang enggan aku potong. Sejak dulu rasanya jadi anak laki-laki Ibu yang paling serba ini-itu hanya aku.

Aku anak bungsu di keluargaku, akupun paling dimanja. Itula Ibu selalu khawatir akan kondisiku, apalagi ketika aku teringat bagaimana Ibu melahirkanku dengan taruhan nyawa sekalipun.

Ibu kekurangan darah, sehingga aku harus terlahir dengan cara operasi. Kau tahu Ibu menjual harta berharganya demi kelahiranku di dunia ini. Berbalut jeritan, tangisan yang ter-isak Ibu berjuang dengan ikhlas demi bertemu denganku.

Akupun terlahir dengan utuh layaknya bayi yang suci seperti bayi-bayi lainnya. Setelah kelahiranku di bumi Ibu tak pernah memperlakukanku beda dengan saudara-saudaraku lainnya. Semua kebutuhan dan permintaanku terpenuhi tanpa ada kekurangan sedikitpun.

Kau tahu, aku tak pernah melupakan untuk sesekali membelai lembut perut Ibu ketika aku beranjak pergi bermain atau ketika aku terlelap menkmati indanya buaian bunga tidurku.

Aku kagum dengan sosoknya, tapi… aku selalu mengecewakannya!. Kini, dia sudah pergi jauh dari kehidupanku. Aku tak pernah melihat sosok ayah yang selalu ada di samping Ibu, ketika keringat penuh letih itu selalu datang bercucuran.

Ibupun tak pernah sekalipun mempermasalahkan tentang hal itu. Ibu memang malaikat tanpa sayapku. Allahpun selalu saja menjadikan Ibu sosok yang kuat akan keadaan yang selalu saja mengecewakannya.

Ya, termasuk aku yang putus dari salah satu pondok pesantren modern terbesar di Jawa Tengah. Entahlah, apa itu suatu jalan takdir dari-Nya. Atau aku terlalu mementingkan egoku sejak saat itu.

Semua itu hanya tinggal ilusi. Tapi kini Ibu hanya membutuhkan doa yang dipanjatkan oleh anak-anaknya, termasuk aku. Mulai saat ini kehidupanku benar-benar berubah dan perjuanganku tanpa Ibupun dimulai.

Diana Shinta
Hallo, namaku Diana Shinta. Selamat datang di blogku, zona merajut kisah yang bermakna. Hobiku menulis dan memasak. Cita-citaku sukses di dunia dan di akhirat.

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment