www.dianashinta.com

Tentang Takdir: Aku dan Atsna

Aku dan atsna

Dering handphone memanggilku lewat chat pribadi antara Aku dan teman SMA ku. Tertulis notif pesan yang belum terbaca. Terakhir tertulis “InsyaAllah aku ikhlas Shin”, katanya dalam chat itu. 

Pikiranku melayang-layang ke arah pilu. Mengingatkanku tentang luka yang  sampai saat inipun belum sembuh. 

Kubuka pesan itu dengan membayangkan peristiwa menakutkan dalam hidupku. Setahun tepat aku melewati masa-masa sulit itu. Ibu! “malaikat tanpa sayap”, Ibu segalanya bagi anaknya. Dan kini, terjadi pada Atsna.

Masih seberuntung ini ia, jika dibandingkan denganku, karena Ibuku lebih cepat dipanggil Allah. Tak pernah ada yang tahu tentang ajal bukan?

Betapa rindunya setiap jabat tangan yang kuulurkan, kecupan manis dipipiku ketika hendak kembali ke pondok, masakan lezat yang menjadi bekal di setiap perjalanan dan pelukan hangat ketika aku tertidur pulas, rindu itu semua!!

Kenapa Allah Merahasiakan Kematian?

Kalian tahu, kenapa Allah merahasiakan kematian. Tak pernah berkabar sebelumnya, hal itu terjadi secara tiba-tiba. Seakan mulut ini dibungkam dan mata berteriak menucapkan perpisahan antara kita dengan orang terkasih.

Allah SWT merahasiakan kematian, karena ingin hamba-Nya mempersiapkan bekal ketika nantinya dipanggil Allah.

 Jika seseorang mempersiapkan kematian dengan bekal yang maksimal dengan mengharap ridho Allah. 

Sewaktu-waktu kita dipanggil Allah, tentu akan siap bukan? Siapa yang tidak rindu ingin bertemu Allah. Rindu itu akan berakhir indah ketika kita benar-benar mempersiapkan bekal untuk bertemu dengan-Nya bukan?

Ketika itu terjadi pada  Atsna, aku langsung teringat sewaktu SMA. Dia memang sosok anak yang ceria, bahagia dan tak pernah ku melihatnya menangis sekalipun.

 Perjalanankupun terhenti, tubuhku merinding, mata tak kuat untuk tidak berbicara. 

Aku semakin bergegas untuk menyelesaikan tugas amanah dari salah satu bimbel di Salatiga.

Setiap yang Bernyawa Pasti akan Mati

Hidup sesingkat layaknya mainan dalam sebuah sirkus, penuh keasyikan hingga lupa bahwa dunia sesingkat itu. Penuh tipu daya. 

Kita jangan sampai lupa akan waktu yang Allah berikan selama 24 jam dalam sehari.

Setiap yang bernyawa, diberi oksigen dengan gratis. Kehidupan tentu membutuhkan suatu bekal. Bekal apa itu? Bekal untuk menuju akhirat tentu saja ya amal ibadah bukan?

Setelah melalui kehidupan duniawi, tentu akan mengalami yang namanya mati. Kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan setelah di dunia yakni kehidupan ukhrawi.

Semua sudah tertulis di lauful mahfud tinggal kita mempersiapkan kematian dengan sebaik mungkin.

Semua hal yang kita lakukan sebenarnya tidak ada yang kebetulan. Memang Allah menakdirkan hal dengan sebaik mungkin. Bahkan Allah telah mempersiapkan segalanya dengan cara yang terbaik.

Tentang Takdir dari  Sang Ilahi Rabbi

Tahu apa kamu soal takdir? Apa kamu benar-benar tahu bagaimana takdir Allah bekerja terhadap hamba-Nya. Apa kamu menyesal akan peristiwa yang terjadi?

Tentang takdir, Allah telah menakdirkan segala sesuatu untuk hamba-Nya. Dari mulai hal-hal kecil dan apapun yang kita lakukan saat ini tak pernah lepas dari takdir Allah.

Ketetapan Allah tentang segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah tanpa persetujuan dari makhluk itu sendiri.

Terkadang memang apa yang kita inginkan bertolak belakang dengan takdir Allah. Itu yang membuat diri kita selalu tidak percaya bahwa sebenarnya kita mampu dan bisa melewatinya.

 Allah memilih takdir tentu pada pundak yang tepat. Bahkan sesekali kita hampir menyerah Allah yang akan menarik tangan kita untuk sampai pada jalur-Nya.

Aku dan Atsna

Aku dan Atsna. Aku yang selalu saja merepotkannya. Ia sangat baik, setiap kali punya pulsa lebih pasti selalu memintaku untuk menelpon Ibu. Bertanya kabar, ngobrol banyak hal di kelas yang begitu ramai. 
Tak hanya itu, selalu saja ia berbagi lauk untukku. Ya, tahu saja aku anak asrama hehe.
Pokoknya dia baik. Sehat selalu ya na. Aku tahu kamu hebat!

Ketika masa putih abu-abu dulu, pernah membahas obrolan tentang hal ini.

 “Shin, aku to nak missal kon mileh, mending aku sing mati sek dari pada aku weruh Ibukku wes gak ono.” Spontan jawaban yang ku lontarkan ketika itupun juga sama. 

Akibatnya nanti aku tak semangat hidup, mungkin hari-hariku akan semakin kacau dan menyerah tentang takdir.

 Dan cita mulia Ibu akan hancur berantakan di tanganku. Ah tak tahu lai harus bagaimana! Pikiranku kala itu.

Tapi, apa boleh buat seorang hamba pada hakikatnya hanya bisa menerima dengan lapang dada. Terlebih tentang takdir yang mungkin sangat pahit dan pahit untuk diingat.

 Ibu menemani perjalanan meraih cita-cita sudah hampir 20 tahunan. 

Mungkin kalau aku boleh meminta pada Rabbku, tentu aku akan meminta Ibu untuk selalu di sampingku saat ini. Tapi, kita tahu rencana Allah itu yang terbaik.

Dan aku tahu Allah memilih pundak kita na, semua akan berjalan baik-baik saja. 

Yakin Allah akan memudahkan segalanya walau tanpa Ibu saat ini. Ibu sudah tenang tidak sakit lagi. Bahkan sekarang Ibu sudah bahagia di sana.

Bagaimana Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Meninggal?

Ibu saat ini, hanya mengharapkan doa anak-anaknya. Kita bisa berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal dengan banyak hal diantaranya:

1.      Selalu mendoakannya

Terlebih ketika kita selesai solat jangan lupa khususkan al-fatihah untuk Ibu. Doa untuk kedua orangtua.

2.      Memintakan ampunan untuknya

Dengan membaca istighfar untuk almarhumah. Itu akan meringankan setiap perjalanannya menuju surga.

3.      Bersedekah dengan diniatkan untuk almarhumah

Bersedekah tak hanya berupa materi, namun juga bisa dengan melakukan hal-hal baik untuk orang lain. Misalnya membantu atau menolong orang yang sedang kesusahan, dan di dalam hati diniatkan untuknya.

4.      Membaca Al-Qur’an dikhususkan untuk orang yang sudah meninggal

Al-Qur’an tidak diragukan lagi, karena syafaatnya benar-benar ditunggu oleh umat mukmin.

 Dengan diniatkan untuk almarhumah yang dikirimi bacaan al-Qur’an setiap waktu insyaAllah Ibuk akan selalu mendapat rahmat dan bahagia di sana.

5.      Menjalin silaturahmi dan memuliakan teman orang tua kita

Menjalin silaturahmi dengan orang yang tidak akan menjadi saudara kita tanpa perantara ayah dan ibu, itulah budi pekerti yang baik yang harus kita lakukan setelah orangtua meninggal.

Itulah cara kita agar bisa berbakti pada orangtua walaupun sudah dipanggil Allah. 

Lakukanlah dengan ikhlas dan istiqomah, yakinlah orangtua akan sangat senang dengan doa kiriman anaknya. 

Itu yang disebut anak solih-sholilah yang termasuk dalam 3 perkara yang tidak pernah putus. (sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang soleh-solehah).

Atsna si ceria


 

 

 

Diana Shinta
Hallo, namaku Diana Shinta. Selamat datang di blogku, zona merajut kisah yang bermakna. Hobiku menulis dan memasak. Cita-citaku sukses di dunia dan di akhirat.

Related Posts

Post a Comment