Dering handphone memanggilku lewat chat pribadi antara Aku dan teman SMA ku. Tertulis notif pesan yang belum terbaca. Terakhir tertulis “InsyaAllah aku ikhlas Shin”, katanya dalam chat itu.
Pikiranku melayang-layang ke arah pilu. Mengingatkanku tentang luka yang sampai saat inipun belum sembuh.
Kubuka pesan itu dengan membayangkan peristiwa menakutkan dalam hidupku. Setahun tepat aku melewati masa-masa sulit itu. Ibu! “malaikat tanpa sayap”, Ibu segalanya bagi anaknya. Dan kini, terjadi pada Atsna.
Masih seberuntung ini ia, jika dibandingkan denganku, karena Ibuku lebih cepat dipanggil Allah. Tak pernah ada yang tahu tentang ajal bukan?
Betapa rindunya setiap jabat tangan yang kuulurkan, kecupan manis dipipiku ketika hendak kembali ke pondok, masakan lezat yang menjadi bekal di setiap perjalanan dan pelukan hangat ketika aku tertidur pulas, rindu itu semua!!
Kenapa Allah Merahasiakan Kematian?
Kalian tahu, kenapa Allah
merahasiakan kematian. Tak pernah berkabar sebelumnya, hal itu terjadi secara
tiba-tiba. Seakan mulut ini dibungkam dan mata berteriak menucapkan perpisahan
antara kita dengan orang terkasih.
Allah SWT merahasiakan kematian, karena ingin hamba-Nya mempersiapkan bekal ketika nantinya dipanggil Allah.
Jika seseorang mempersiapkan kematian dengan bekal yang maksimal dengan mengharap ridho Allah.
Sewaktu-waktu kita dipanggil Allah, tentu akan siap
bukan? Siapa yang tidak rindu ingin bertemu Allah. Rindu itu akan berakhir indah
ketika kita benar-benar mempersiapkan bekal untuk bertemu dengan-Nya bukan?
Ketika itu terjadi pada Atsna, aku langsung teringat sewaktu SMA. Dia memang sosok anak yang ceria, bahagia dan tak pernah ku melihatnya menangis sekalipun.
Perjalanankupun terhenti, tubuhku merinding, mata tak kuat untuk tidak berbicara.
Aku semakin bergegas untuk
menyelesaikan tugas amanah dari salah satu bimbel di Salatiga.
Setiap yang Bernyawa Pasti akan Mati
Hidup sesingkat layaknya mainan dalam sebuah sirkus, penuh keasyikan hingga lupa bahwa dunia sesingkat itu. Penuh tipu daya.
Kita jangan sampai lupa akan waktu yang Allah berikan selama 24 jam
dalam sehari.
Setiap yang bernyawa, diberi oksigen
dengan gratis. Kehidupan tentu membutuhkan suatu bekal. Bekal apa itu? Bekal
untuk menuju akhirat tentu saja ya amal ibadah bukan?
Setelah melalui kehidupan duniawi,
tentu akan mengalami yang namanya mati. Kehidupan yang sebenarnya yaitu
kehidupan setelah di dunia yakni kehidupan ukhrawi.
Semua sudah tertulis di lauful
mahfud tinggal kita mempersiapkan kematian dengan sebaik mungkin.
Semua hal yang kita lakukan
sebenarnya tidak ada yang kebetulan. Memang Allah menakdirkan hal dengan sebaik
mungkin. Bahkan Allah telah mempersiapkan segalanya dengan cara yang terbaik.
Tentang Takdir dari Sang Ilahi Rabbi
Tahu apa kamu soal takdir? Apa kamu
benar-benar tahu bagaimana takdir Allah bekerja terhadap hamba-Nya. Apa kamu menyesal
akan peristiwa yang terjadi?
Tentang takdir, Allah telah
menakdirkan segala sesuatu untuk hamba-Nya. Dari mulai hal-hal kecil dan apapun
yang kita lakukan saat ini tak pernah lepas dari takdir Allah.
Ketetapan Allah tentang segala
sesuatu sesuai dengan kehendak Allah tanpa persetujuan dari makhluk itu
sendiri.
Terkadang memang apa yang kita inginkan bertolak belakang dengan takdir Allah. Itu yang membuat diri kita selalu tidak percaya bahwa sebenarnya kita mampu dan bisa melewatinya.
Allah
memilih takdir tentu pada pundak yang tepat. Bahkan sesekali kita hampir
menyerah Allah yang akan menarik tangan kita untuk sampai pada jalur-Nya.
Aku dan Atsna
Pokoknya dia baik. Sehat selalu ya na. Aku tahu kamu hebat!
Ketika masa putih abu-abu dulu, pernah membahas obrolan tentang hal ini.
“Shin, aku to nak missal kon mileh, mending aku sing mati sek dari pada aku weruh Ibukku wes gak ono.” Spontan jawaban yang ku lontarkan ketika itupun juga sama.
Akibatnya nanti aku tak semangat hidup, mungkin hari-hariku akan semakin kacau dan menyerah tentang takdir.
Dan cita
mulia Ibu akan hancur berantakan di tanganku. Ah tak tahu lai harus bagaimana! Pikiranku
kala itu.
Tapi, apa boleh buat seorang hamba pada hakikatnya hanya bisa menerima dengan lapang dada. Terlebih tentang takdir yang mungkin sangat pahit dan pahit untuk diingat.
Ibu menemani perjalanan meraih cita-cita sudah hampir 20 tahunan.
Mungkin kalau aku boleh meminta pada
Rabbku, tentu aku akan meminta Ibu untuk selalu di sampingku saat ini. Tapi,
kita tahu rencana Allah itu yang terbaik.
Dan aku tahu Allah memilih pundak kita na, semua akan berjalan baik-baik saja.
Yakin Allah akan memudahkan
segalanya walau tanpa Ibu saat ini. Ibu sudah tenang tidak sakit lagi. Bahkan
sekarang Ibu sudah bahagia di sana.
Bagaimana Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Meninggal?
Ibu saat ini, hanya mengharapkan doa
anak-anaknya. Kita bisa berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal dengan
banyak hal diantaranya:
1.
Selalu
mendoakannya
Terlebih ketika
kita selesai solat jangan lupa khususkan al-fatihah untuk Ibu. Doa untuk kedua
orangtua.
2.
Memintakan
ampunan untuknya
Dengan membaca
istighfar untuk almarhumah. Itu akan meringankan setiap perjalanannya menuju surga.
3.
Bersedekah
dengan diniatkan untuk almarhumah
Bersedekah tak
hanya berupa materi, namun juga bisa dengan melakukan hal-hal baik untuk orang
lain. Misalnya membantu atau menolong orang yang sedang kesusahan, dan di dalam
hati diniatkan untuknya.
4.
Membaca
Al-Qur’an dikhususkan untuk orang yang sudah meninggal
Al-Qur’an tidak diragukan lagi, karena syafaatnya benar-benar ditunggu oleh umat mukmin.
Dengan
diniatkan untuk almarhumah yang dikirimi bacaan al-Qur’an setiap waktu
insyaAllah Ibuk akan selalu mendapat rahmat dan bahagia di sana.
5.
Menjalin
silaturahmi dan memuliakan teman orang tua kita
Menjalin silaturahmi dengan orang yang tidak akan menjadi saudara kita tanpa perantara ayah dan ibu, itulah budi pekerti yang baik yang harus kita lakukan setelah orangtua meninggal.
Itulah cara kita agar bisa berbakti pada orangtua walaupun sudah dipanggil Allah.
Lakukanlah dengan ikhlas dan istiqomah, yakinlah orangtua akan sangat senang dengan doa kiriman anaknya.
Itu yang disebut anak solih-sholilah yang termasuk dalam 3 perkara yang tidak pernah putus. (sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang soleh-solehah).
Post a Comment
Post a Comment